LAPORAN BEST PRACTICE
PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENERAPKAN STRATEGI
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) YANG DIDUKUNG MODEL
COOPERATIVE LEARNING DENGAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN MEDIA VIDEO DAN POWER POINT
DI SMK NEGERI 2
PURWODADI
DISUSUN
OLEH:
ENY
DAM HARTANTI M.
NIM. 2398013781
PENDIDIKAN
PROFESI GURU (PPG)
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2023/2024
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik
(Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi
Hasil dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Peserta Didik Dalam
Pembelajaran
SMK Negeri 2 Purwodadi, Grobogan,
Jawa Tengah |
||||||||||||||||||||||
Lingkup Pendidikan |
SMK
(Sekolah Menengah Kejuruan) |
|||||||||||||||||||||
Tujuan yang ingin dicapai |
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta
Didik dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Penerapan Strategi PBL yang didukung
model Cooperative Learning dengan tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) berbantuan media video dan power point di SMK Negeri 2 Purwodadi. |
|||||||||||||||||||||
Penulis |
Eny Dam Hartanti M. |
|||||||||||||||||||||
Hari/Tanggal |
Selasa, 12 Desember 2023 |
|||||||||||||||||||||
Pendahuluan |
Pembelajaran sejarah merupakan salah
satu mata pelajaran penting di sekolah yang memainkan peran penting dalam
membentuk karakter peserta didik dan pemahaman mereka terhadap sejarah bangsa
dan negara. Namun, rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran
sejarah sering kali menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Menimbulkan banyak permasalahan, mulai dari prestasi yang rendah,
tidak antusiasnya peserta didik terhadap pembelajaran sejarah, sampai
pemahaman mereka terhadap materi yang kurang baik. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran sejarah. Salah
satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran
PBL (problem based learning) yang didukung oleh pembelajaran cooperative
learning dengan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan
media video dan power point di kelas.
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division (STAD).
Model STAD sesuai untuk digunakan pada pembelajaran yang berisi fakta sains
dan konsep-konsep (Tiantong, 2013). Model Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan pembelajaran kooperatif
paling sederhana yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif (Gusbandono, 2013),
dimana siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan
anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki
dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah (Hamdayana, 2014). Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling
untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa
untuk berinteraksi dengan guru serta diharapkan tidak ada ketakutan bagi
siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru (Hidayati, 2013). Hubungan yang lebih akrab akan
terjadi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Ada kalanya
siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih
mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri (Haryanto,
2015). Disamping pemilihan model pembelajaran yang
tepat, penggunaan media pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, materi, keadaan siswa serta sarana yang tersedia juga dapat
mendukung terciptanya pembelajaran yang menarik, yang pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa (Gusbandono, 2013). Pemanfaatan media dalam
proses pembelajaran merupakan suatu perantara yang membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan
dapat merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan
rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar
dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk
melakukan praktekpraktek yang benar (Arsyad, 2013). Oleh karena itu jika
media pembelajaran yang digunakan guru menarik maka dengan otomatis siswa
juga akan menyukai materi yang diajarkan dan pemahaman siswa terhadap materi
tersebut akan lebih cepat atau lebih tercapai. Sebaliknya jika siswa tidak
menyukai media yang digunakan guru maka siswa akan bosan, jenuh dan tidak
tertarik terhadap materi yang disampaikan sehingga akan mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap materi tersebut (Ditama, 2015). SMK Negeri 2 Purwodadi merupakan
sebuah sekolah menengah kejuruan yang bertujuan untuk mencetak peserta didik
yang terampil dan siap memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, peningkatan
motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah merupakan hal yang
sangat penting agar bisa mempertahankan kualitas dan daya saing sekolah. Oleh
karena itu, dilakukan suatu penyusunan laporan best practice tentang
peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah dengan
menerapkan strategi pembelajaran PBL dengan model cooperative learning dengan
tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) yang
didukung media video dan power point di kelas X , SMK Negeri 2 Purwodadi. Tujuannya adalah untuk memberikan
rekomendasi dan ide yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah di sekolah yang
sama atau di sekolah lain yang memiliki masalah serupa. |
|||||||||||||||||||||
Situasi Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah: mengapa best practice (praktik baik) ini penting dibagikan,
apa yang menjadi peran dan tanggung jawab mahasiswa PPG Daljab. |
Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah yang saya
ambil adalah: 1.
Masih
rendahnya motivasi belajar peserta didik disebabkan karena belum optimalnya
penggunaan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Sejarah.
Pembelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Purwodadi, Kabupaten Grobogan masih
kurang optimal, disebabkan model pembelajaran yang digunakan kurang
bervariasi. Menurut Nurdyansyah dan Eny Fariyatul Fahyuni (2016:3),
pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang lebih bersifat student
center. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan
dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). 2.
Peserta
didik kurang aktif dalam proses pembelajaran sejarah. Guru sudah menyampaikan
materi dengan menggunakan beberapa media pembelajaran dan metode ceramah bervariasi tetapi pada
kenyataannya masih banyak peserta didik yang belum aktif mengikuti
pembelajaran sejarah. Dari kedua latar belakang tersebut yang menyebabkan motivasi belajar peserta
didik terhadap materi
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia masih rendah. Dari fenomena yang terjadi mendorong untuk
melakukan kajian secara mendalam, apa yang menyebabkan motivasi belajar peserta didik yang rendah dan mencari solusi
yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Praktik
baik ini penting untuk dibagikan karena mengingat
permasalahan pembelajaran di kelas itu sangat beragam, salah satunya seperti
permasalahan yang saya angkat tersebut. Permasalahan tersebut tidak hanya
dialami oleh satu orang guru saja, kemungkinan guru-guru satu instansi bahkan
guru-guru di Indonesia juga ada yang mengalami permasalahan yang sama,
sehingga dengan berbagi Cerita Praktik Baik ini diharapkan bisa menjadi salah
satu alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang sama, serta untuk
mendapatkan masukan dari rekan sejawat, maupun dari komunitas MGMP Sejarah
untuk mengatasi masalah tersebut. Saya percaya bahwa sesuatu yang baik jika
diterapkan akan membawa perubahan dan dampak yang baik juga. Sebagai seorang
pendidik tidak boleh putus asa dalam melakukan suatu gerakan perubahan. Perubahan kecil yang dimulai dari diri kita dapat
membawa perubahan besar terhadap orang banyak. Maka dari itu teruslah
bersemangat membawa perubahan. Peran tanggung jawab saya dalam
praktik ini yaitu: 1.
Guru sebagai pelaksana praktik
pembelajaran. Sebagai pelaksana,
guru harus bertanggung jawab dalam rangkaian kegiatan praktik pembelajaran di
kelas, dari tahap persiapan sampai pelaksanaan (kegiatan pembukaan, kegiatan
inti, kegiatan penutup). 2.
Guru menjadi penyusun perencana
pembelajaran. Guru dalam praktik
ini melakukan beberapa tahapan penting sebelum memulai pembelajaran,
diantaranya menyusun Modul Ajar, membuat bahan ajar, menggunakan media dalam
pembelajaran, membuat LKPD, serta menyusun instrumen penilaian. 3.
Guru menjadi fasilitator. Sebagai seorang
fasilitator, guru diharapkan mampu menjembatani proses pembelajaran,
membimbing kegiatan diskusi, dan presentasi, serta memfasilitasi kehendak
peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini penting supaya pembelajaran lebih
menyenangkan, lebih bermakna karena pendidik mengetahui keinginan dan gaya
belajar peserta didiknya. 4. Guru menjadi motivator.
Adanya sisipan ice breaking dalam pembelajaran membuat peserta didik merasa
rileks dan senang. Peran guru menjadi motivator sangatlah penting, karena
dengan adanya semangat, rasa senang, maka peserta didik akan memiliki minat
yang besar dalam pembelajarannya. 5. Guru menjadi supervisor.
Sebagai supervisor, guru dapat melakukan supervisi terhadap perkembangan
kemampuan setiap peserta didik. Bagi peserta didik yang sudah bisa mengikuti
dan kemampuan akademiknya di atas KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran) maka akan diberikan pengayaan dan sebaliknya bagi peserta didik
yang kemampuan akademiknya di bawah KKTP, maka guru akan memberikan remidi.
Hal tersebut dilakukan supaya setiap kegiatan pembelajaran selalu ada usaha
perbaikan/meningkatkan agar bisa lebih baik lagi. |
|||||||||||||||||||||
Tantangan Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan
tersebut, siapa saja yang terlibat. |
A.
Tantangan
untuk mencapai tujuan: 1. Menyeleksi model pembelajaran inovatif yang tepat untuk
diterapkan sehingga guru dapat mengoptimalkan penerapan model pembelajaran di
kelas. Selama ini guru masih kurang variatif dalam menerapkan
model pembelajaran di kelas. Guru harus secara bertahap menerapkan model
pembelajaran yang bisa mewadahi tujuan dari praktik ini. 2. Sarana dan prasarana yang mendukung
pembelajaran di kelas juga masih kurang optimal , seperti LCD, Proyektor,
Wifi sehingga guru harus pandai menyeleksi model pembelajaran yang bisa mewadahi
tujuan pembelajaran. 3. Kondisi lingkungan sosial-ekonomi, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Pihak yang
terlibat dalam PPL yaitu: 1. Bapak Edi Suparto, S.Pd,
M.T selaku waka kurikulum SMK Negeri 2 Purwodadi yang membantu menjadi
narasumber wawancara penulis. 2. Ibu Riris Suhartati,
S.Pd. selaku guru sejarah SMK Negeri 2 Purwodadi yang membantu menjadi
narasumber wawancara penulis. 3. Peserta didik SMK Negeri
2 Purwodadi khususnya kelas X TO 3, yang telah membantu dalam praktik
pembelajaran ini. 4. Teman-teman mahasiswa
Sejarah PPG Daljab Angkatan 3 Tahun 2023 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Negeri Semarang, yang sudah memotivasi dan menguatkan
penulis. 5. Bapak dan Ibu Guru SMK
Negeri 2 Purwodadi yang telah memberikan semangat dan dukungannya bagi
penulis. |
|||||||||||||||||||||
Aksi Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi
tantangan tersebut, strategi apa yang digunakan, bagaimana prosesnya, apa
saja sumber daya/materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi tersebut. |
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi
tantangan tersebut adalah: A.
Melakukan Riset Sederhana 1. Kajian Literatur: Kajian literatur dilakukan oleh
guru/penulis dengan mencari buku, jurnal, hasil penelitian yang relevan
dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi. Berdasarkan beberapa literatur
yang ditemukan, penulis menemukan strategi yang dianggap mampu menjadi solusi
yang tepat diterapkan di sekolah penulis. 2. Wawancara: kegiatan wawancara dilakukan pada waka
kurikulum SMK Negeri 2 Purwodadi (Bp. Edi Suparto, S. Pd, M.T.) guna
memperoleh informasi yang dapat memperkuat kajian literatur. Wawancara
selanjutnya dilakukan pada rekan guru sejarah di SMK Negeri 2 Purwodadi (Ibu Riris
Suhartati, S.Pd.), yang dipandang penulis bisa membantu berbagi pengalaman
tentang permasalahan yang dihadapi oleh guru/penulis. Dokumentasi
Wawancara Gb 1. Wawancara
dengan Waka Kurikulum SMK Negeri 2 Purwodadi (Bp. Edi Suparto, S. Pd, M.T.) Gb 2.
Wawancara dengan rekan guru
sejarah di SMK Negeri 2 Purwodadi (Ibu Riris Suhartati, S.Pd.) B.
Menentukan solusi Berdasarkan
kajian literatur dan hasil wawancara, maka penulis menemukan solusi yang
dipilih berupa penerapan model pembelajaran yang susuai tujuan dan kondisi
peserta didik, guru serta kondisi sekolah. Model pembelajaran yang dipandang
relevan berdasarkan hasil kajian literatur dan hasil wawancara adalah model Problem Based Learning (PBL) dengan
model Cooperative Learning dengan tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD), dengan Langkah-langkah yaitu: 1. Penyampaian tujuan dan motivasi 2. Menyajikan dan menyampaikan informasi 3. Mengorganisasi siswa dalam
kelompok-kelompok belajar 4. Membimbing kelompok belajar 5. Evaluasi 6. Memberikan penghargaan C.
Menyusun rencana
aksi Pada
langkah ini, guru merancang Modul Ajar, menyusun bahan ajar, membuat media pembelajaran
power point, membuat LKPD, menayangkan video pembelajaran, menyusun dan
menyajikan instrumen penilaian diagnostik, sikap, pengetahuan dan
keterampilan. D.
Melakukan persiapan untuk pelaksanaan aksi.
Sebelum melakukan aksi nyata,
dibutuhkan beberapa persiapan oleh guru antara lain : · Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan : laptop,
handphone, tripod, clip on mic, LCD, roll kabel, dll. · Menyiapkan perangkat pembelajaran : Modul Ajar,
bahan ajar, media seperti power point dan video pembelajaran, LKPD, instrumen
penilaian, presensi, daftar nilai. E.
Melaksanakan Aksi Pelaksanaan
aksi dari kegiatan ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Purwodadi, pada hari
selasa tanggal 12 Desember 2023, pukul 09.00-10:30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di
kelas X TO 3 pada mata pelajaran Sejarah.
Strategi yang digunakan : Strategi
yang digunakan guru terkait dengan solusi yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan yaitu dengan memilih strategi Problem Based Learning (PBL) yang didukung model cooperative
learning dengan tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions). Menurut
Hendrika Restiajati (2020: 40) PBL mampu membawa peserta didik untuk mampu
memahami sebuah permasalahan yang ada, serta memecahkan permasalahan
tersebut. Menurut
Alrahlah dalam Yustina dan Imam Mahadi (2021: 3) kelebihan model pembelajaran PBL ini yaitu pembelajaran berpusat
pada peserta didik, memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan yang
berbasis dunia kerja, memfasilitasi integrasi pada kurikulum inti, motivasi
belajar lebih tinggi, karena peserta didik lebih dominan selama proses pembelajaran,
mendorong pembelajaran yang mendalam, mengarah pada pendekata kontruktivis,
sedangkan menurut Alrahlah dalam Yustina dan Imam Mahadi (2021: 4) kekurangan model PBL adalah yaitu
membutuhkan waktu yang cukup lama, terdapat kelompok yang cepat dan lambat
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, terdapat kesulitan dalam
menerapkan PBL dikarenakan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda,
membutuhkan peralatan yang banyak dan cukup rumit, akan sulit memberikan
penilaian pada peserta didik. Erman
mengemukakan bahwa, ”Model student teams achievement division (STAD)
tergolong pada model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang
terdiri atas kelompok kecil yang bekerja sama sebagai satu tim untuk
memecahkan masalah, melengkapi tugas atau menyelesaikan tugas bersama”.
Dengan demikian, model student teams achievement division (STAD) merupakan
model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk mengemukakan
pendapat, ide, dan gagasan dalam pembelajaran (Maulana, panji:2017). Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menurut Slavin (2015:8) sebagai berikut:
Menurut Ade Sanjaya (2011: 68), kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: a)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. b)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. c)
Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi. d)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang
lain. Kelemahan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu: Kerja kelompok hanya melibatkan
mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan
kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya keterampilan guru dalam manajemen
kelasnya, guru mampu menyatukan siswa dengan berbagai keanekaragamannya dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga dapat mengatasi kelemahan dalam penggunaan
model pembelajaran ini. Proses Aksi
1.
Kegiatan Pendahuluan 2.
a)
Pada tahap persiapan/orientasi : guru mengucapkan salam
pembuka, dilanjutkan berdoa dipimpin ketua kelas, menanyakan kabar, melakukan
presensi, serta melakukan ice breaking.
b)
Pada tahap apersepsi dan motivasi : guru memberikan pertanyaan
pemantik, menayangkan gambar peninggalan Hindu-Budha melalui proyektor, guru
menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran melalui power point, selanjutnya
Guru memberikan motivasi pada peserta didik untuk menggugah semangat dan
kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan bertanya kepada
salah satu peserta didik dengan menanyakan cita-cita nya, sehingga bisa
memotivasi peserta didik lain untuk pantang menyerah mewujudkan cita-cita
nya. Kegiatan Inti Kegiatan inti ini menggambarkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan berdasarkan sintak pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang
didukung model
Cooperative Learning dengan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
berbantuan media video dan power point. Sintak 1: Orientasi peserta
didik pada masalah a) Pada fase ini, guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anak. b) Guru memberikan stimulus dengan menayangkan video
teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui LCD
Proyektor, c) dilanjutkan memberi
pertanyaan pada peserta didik terkait video yang sudah dilihatnya. Sintak 2: Mengorganisasikan peserta didik a) Pada fase ini, guru Guru
memberikan penjelasan bagaimana teknis pembelajaran. b) Guru membagikan LKPD. c) Guru memastikan setiap
peserta didik/anggota kelompok untuk memahami tugas yang harus
diselesaikannya. d) Guru memberikan kesempatan
bertanya kepada peserta didik mengenai penyelesaian tugas. e) Guru memberikan penjelasan kepada masing-masing kelompok
untuk membaca dan menelaah bahan ajar serta LKPD yang telah dibagikan. Sintak 3:
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok a)
Pada fase ini, Guru
menginstruksikan peserta didik untuk
menggali informasi terkait teori-teori kepercayaan Hindu-Budha di Indonesia
melalui Bahan Ajar atau Sumber lain kemudian menuangkan Informasi tersebut ke
dalam tulisan dan guru membagi
permasalahan yang akan di diskusikan oleh masing-masing kelompok. b)
Guru memastikan
setiap anggota kelompok dapat terlibat aktif dalam pengerjaan tugas dengan
cara masuk ke tiap tiap kelompok . c)
Guru membantu membimbing kegiatan diskusi serta melakukan penilaian
diskusi kelompok dan penilaian sikap. Sintak 4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya a)
Pada fase ini, Guru melihat hasil pengerjaan tugas kemudian
mengomentari hal-hal yang perlu diperbaiki. b)
Guru memastikan setiap kelompok sudah selesai
mengerjakan tugas sesuai dengan waktu masing- masing. c)
Guru mempersilahkan Peserta
Didik untuk presentasi kelompok tentang teori-teori masuknya pengaruh Hindu
di Indonesia. d)
Guru memfasilitasi sesi tanya jawab dan memotivasi peserta didik untuk
aktif berdiskusi. Guru menilai
kegiatan presentasi dari masing-masing kelompok. Sintak 5: Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah a)
Pada fase ini, Pendidik dan peserta didik menyimpulkan /menganalisis
dan mengevaluasi tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Kegiatan Penutup a)
Guru memberikan
penghargaan dan penguatan untuk peserta didik atas kinerja dan kerjasama yang
baik. simpulan ringkas dari guru, agar
semua siswa di kls itu menerima
kebenaran serta tindak lanjut materi selanjutnya b)
Guru memberikan kesimpulan dan refleksi secara umum pembelajaran hari
ini. Guru
merefleksikan pembelajaran pada pertemuan ini c)
Guru menyampaikan informasi terkait materi pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya. d)
Guru menutup kegiatan dengan mengajak siswa berdoa dan mengucap rasa
syukur kepada Tuhan YME karena pembelajaran telah berjalan dengan baik dan
lancar. e)
Guru menutup pertemuan dan memberikan salam. Dokumentasi
Pelaksanaan Gb 1. Kegiatan Memotivasi Peserta Didik Gb
2. Guru membagikan LKPD kepada peserta didik yang akan didiskusikan bersama
kelompok masing-masing. Gb
3. Membimbing penyelidikan kelompok Gb
4. Kegiatan diskusi kelompok Gb 5. Kegiatan mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Sumber Daya/Materi yang diperlukan : Materi terpilih yang dianggap relevan untuk
diterapkan model pembelajaran berbasis masalah adalah Mapel Sejarah kelas X
(Sepuluh) yaitu “Teori Masuknya Agama
dan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia”. Materi ini dipilih oleh penulis, karena dipandang
bisa mewadahi pembelajaran berbasis masalah. Dengan menganalisis apa saja
teori proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara,
menganalisis latar belakang munculnya teori proses masuknya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara, menganalisis kelemahan dan kekuatan
teori masuknya agama Hindu-Buddha, menganalisis teori proses masuknya agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara yang paling mendekati kebenaran, dan
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah masuknya budaya Hindu-Budha dalam
berbagai bidang. Banyak hal yang bisa diambil peserta didik dari materi ini, seperti
pentingnya semangat persatuan, toleransi, bekerja sama, dan pantang
menyerah. |
|||||||||||||||||||||
Refleksi Hasil dan Dampak Refleksi
hasil: bagaimana dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang dilakukan,
apakah hasilnya efektif/tidak, mengapa dan bagaimana respon siswa terkait
strategi yang dilakukan, apa yang menjadi faktor keberhasilan/ketidakberhasilan
dari strategi yang dilakukan. |
Dampak dari aksi terhadap langkah-langkah
yang dilakukan yaitu: 1. Penggunaan ice breking di sela-sela kegiatan pembelajaran dapat mengatasi
kejenuhan dan mengembalikan semangat belajar, sehingga motivasi belajar
peserta didik tetap terjaga. 2. Melalui aksi pembelajaran Problem Based Learning telah berhasil
mengintegrasikan Pendidikan karakter P5 pada peserta didik, karakter beriman melaui do’a sebelum
dan sesudah pembelajaran, mandiri dan bergotong-royong dalam diskusi,
bernalar kritis dalam bertanya, mengolah informasi dan mengidentifikasi
masalah, serta menghargai pendapat orang lain melalui kegiatan presentasi
kolaborasi. 3. Penggunaan strategi pembelajaran Problem Based Learning yang
didukung model Cooperative Learning dengan tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) menggunakan
pendekatan kontekstual dan metode diskusi interaktif berbantu LKPD serta
video pembelajaran yang variatif dapat meningkatkan efektifitas belajar baik
secara proses maupun hasil belajarnya. 4. Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) membuat peserta didik lebih
termotivasi untuk belajar sejarah dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional yang selama ini sering
digunakan. Apakah hasilnya
efektif/tidak, mengapa? 1.
Hasilnya sangat efektif, karena
peserta didik sangat antusias saat proses pembelajaran berlangsung, mulai
dari kegiatan pendahuluan hingga proses pembelajaran selesai sehingga m 2.
Penggunaaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Team Achievement
Divison) ini
sangat membantu pemahaman peserta didik terhadap konsep materi/sub materi Teori Masuknya Agama
dan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dibuktikan dengan hasil evaluasi
pembelajaran peserta didik di atas KKTP. Respon peserta didik Terkait Strategi yang
dilakukan : Secara umum semua tahap di praktik ini sudah
berhasil dilaksanakan semua, namun perlu diperbaiki lagi untuk terus menerus
berinovasi lebih baik. Praktik ini
mendapat respon yang positif dan dukungan penuh dari kepala sekolah dan teman
sejawat serta peserta didik. Sebagai seorang pendidik perlu terus menerus
melakukan inovasi dalam pembelajaran, sehingga hasilnya sesuai dengan
harapan, peserta didik juga merasa lebih senang dan menikmati pembelajaran,
tidak merasa jenuh/bosan. Faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan
strategi yang dilakukan : Tentunya keberhasilan suatu usaha tidak lepas
dari beberapa faktor yang mendukung. Faktor
pendukung keberhasilan antara lain
adalah kesiapan dan niat guru dalam mempersiapkan pembelajaran, management waktu yang baik, minat
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, bahan ajar yang memadahi, media
yang digunakan, dan dukungan dari pihak sekolah. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat keberhasilan adalah masih kurangnya sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran di sekolah (seperti clip on mic dan akses wifi
yang terbatas), faktor input peserta didik yang rendah dan guru perlu
mengembangkan kompetensi pedagogiknya secara lebih mendalam lagi, namun
faktor penghambat tersebut bisa diatasi dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL), dan dikombinasikan dengan model cooperative learning
dengan tipe STAD, yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, sarana
dan prasarana yang tersedia di sekolah. Keterbatasan tersebut tidak menjadi
penghalang bagi seorang guru untuk berinovasi. Guru terus menerus membuat
perubahan dan mengikuti perkembangan zaman.
|
|||||||||||||||||||||
Daftar Pustaka |
1. Sulistio, Anik dan Nik
Haryanti. 2022. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning Model). Purbalingga: CV Eureka Media Aksara. Dalam https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/408751-model-pembelajaran-kooperatif-cooperativ-05e766ab.pdf diakses 20 Desember 2022 2. Esminarto, E., Sukowati, S., Suryowati, N., & Anam, K.
(2016). Implementasi Model Stad dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siwa.
BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual, 1(1), 16-23 3. Kurniasih,
Imas dan Sani, Berlin. (2015). “Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru”. Jakarta: Kata Pena.
https://serupa.id/model-pembelajaran-stad/ 4. Hendrika Restiajati. 2020. “Model Pembelajaran
Problem Based Learning dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA”. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma. Dalam https://repository.usd.ac.id/38012/2/161314013_full.pdf. Diakses pada 19 Desember 2022. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar